Latest Post

Komunikasi Non Verbal ?


Suatu saat, saya duduk-duduk di lobby kampus , sambil mengobrol bersama teman-teman, hotspotan, mengerjakan tugas, memandang-mandang sekitar, sambil makan camilan yang disediakan oleh teman saya. Saya sedang berpikir, ada hal asik apa yang akan terjadi hari ini, karena saya selalu merasa bahwa setiap hari yang diberikan oleh-Nya merupakan suatu kesenangan yang memberikan keasikan tersendiri. Setelah saya amat-amati, ternyata ada seorang teman yang sedang asik bertelepon entah dengan siapa. Dirinya berbicara cukup keras sehingga pembicaraan darinya terdengar oleh saya. Yang saya herankan, dia ternyata memiliki perlakuan sama seperti ketika berbicara dengan orang yang ada di depannya, padahal dia sedang berbicara dengan orang yang jauh di sana dengan menggunakan media telepon (handphone).

Orang tersebut melakukan menggeleng-gelengkan kepala ketika dia menyangkal sesuatu, yaitu ketika dia berbicara, “Bukan ‘Yang.. Bukan aku yang melakukan itu Sayang.. Beneran..”, kemudian dia mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah (menyimbolkan tanda victory/peace) sambil berkata,”Sumpah ‘Yang.. Beneran deh..”. Gestur tubuh orang ini tampak sekali terlihat oleh saya, ketika dia bebicara yang mungkin dianggapnya serius, dia lalu juga melakukan sesuatu dengan komunikasi non verbalnya, padahal itu bukan dilakukan dengan tatap muka. Yang terakhir saya liat dari kelakuannya, yaitu ketika dia bersikap hormat sambil memegang handphone nya, lalu berkata,”Siap ‘Yang..! Laksanakan..”, dengan maksud mengiyakan permintaan orang yang sedang diteleponnya tadi dan menyetujui sesuatu. Setelah itu dia juga berkata,”Ya udah Sayang… Aku mau lanjut kerja tugas lagi eah… See you… Love You ‘Yang, Mmmmuuuaacch..!” sambil mencium handphonenya sendiri. Tak sadar, saya pun senyum-senyum sendiri ketika melihat orang tersebut.

Oh, iya, ternyata saya juga melakukan komunikasi non verbal, di mana saya senyum-senyum sendiri saat menatap orang tadi, bukan mengatakan,”Kamu itu lucu..” ketika saya merasa bahwa orang tersebut memang benar-benar lucu, dan saya mengkomunikasikan hal tersebut dengan tersenyum kepadanya.

Masih berbicara mengenai orang yang saya amati tersebut, ternyata dia masih melakukan gerakan-gerakan.

Dalam berkomunikasi atau hanya sekedar basa – basi dengan teman – teman, ternyata yang saya amati cukup banyak bahasa non-verbal yang merupakan perwakilan maupun penegasan dari bahasa verbal mereka untuk meyakinkan teman / lawan bicaranya. Ini dilakukan juga karena saya maupun mereka sudah mempunyai kedekatan yang lebih. Ternyata sentuhan-sentuhan dengan orang lain juga sangat sering dilakukan dan bermakna di mana kedekatan mereka dapat terlihat. Dengan gerakan-gerakan tangan maupun gerakan tubuh lainnya yang bervariasi juga menimbulkan pengertian tertentu. Gerakan tubuh juga menandakan bahwa keakraban mereka yang sedang berkomunikasi ditandai dengan gerakan saat berbicara maupun sedikit sentuhan pada bagian tubuh teman mereka seperti pada tangan, bahu, maupun bagian tubuh lainnya dari lawan bicaranya tersebut.

Terlihat jelas dari pengataman saya, dengan seringnya menyentuh tubuh teman mereka ketika mereka berbicara, maka mereka adalah teman yang akrab dan sudah sering berkomunikasi atau bersama. Waktu itu saya juga melihat, ada 2 orang cewek yang tiba-tiba bertemu ketika di dekat tangga, mereka berpelukan, cium pipi kanan, cium pipi kiri. Apa maksudnya? Ternyata mereka menuangkan perasaan kangen mereka dengan melakukan hal tersebut. Mereka tidak sekedar bicara,”Aku kangen padamu..” namun langsung dengan berpelukan dan cium pipi kanan serta pipi kiri. Hal ini juga menandakan bahwa mereka sudah memiliki kedekatan yang lebih, walau mereka dalam situasi kangen. Berbeda dengan mereka yang jarang melakukan komunikasi non verbal saat melakukan interaksi/berbicara dengan lawan jenisnya. Mungkin saja orang-orang ini memiliki kedekatan yang kurang.

Berbicara dengan kedekatan, saya ingin meninjau mengenai pacaran. Teman-teman yang berpacaran (berpasangan) di dalam 1 kampus ternyata lumayan banyak.

Siapa bilang memiliki pacar maupun pacaran itu tidak indah..
Mungkin saja tidak ada.. Kalau berbicara mengenai pacaran, kebanyakan orang merasakan dirinya sedang berbunga-bunga. Selalu ada yang memperhatikan, ada yang mengatur-ngatur. Pokoknya bahagia deh…selalu berhubungan dengan cinta (menurut beberapa teman).

“Dengan berpacaran, kita bisa mengerti berbagai karakter orang, terlebih lawan jenis. Bisa mempelajari bagaimana berhubungan dengan orang lain.”

Mungkin saya pernah mendengar maupun membaca kalimat di atas. Sebelum kita memutuskan untuk pacaran, pelajari lebih dahulu sifat seseorang tersebut. Di sini kita lebih membutuhkan banyak interaksi. Entah interaksi dengan komunikasi verbal maupun non verbal, semuanya sangat bermakna di dalam suatu hubungan. Mengenai orang yang semula saya amati seperti yang saya ceritakan di atas tadi pun tampak bahwa orang tersebut berpacaran. Tampak dari bahasa verbalnya yaitu menggunakan panggilan “Sayang” serta dia mampu mencium handphonenya yang sebenarnya dia sedang menggambarkan bahwa dia seolah-olah mencium pacarnya itu. Waktu saya di lobby, ternyata cukup banyak orang, berdua-duaan lewat, berjalan, dan tenyata mereka berpacaran.

“Jujur, kalau pacaran agak menyita waktu sekali. entah karena seringnya minta di sms, atau di telp, hehe, emang itu ya kerjaan orang pacaran. kalau gak kan ya gak sampai kayak gtu,” menurut salah satu orang yang berpacaran. Memang, dengan berpacaran mungkin lebih banyak komunikasi yang dapat tersalurkan. Ternyata, kebanyakan teman-teman saya yang berpacaran, lebih memilih pesan non verbal dibanding pesan verbal untuk menyampaikan perasaan sayangnya. Mereka juga menjelaskan bahwa mereka lebih memilih pelukan langsung daripada pengucapan,”aku sayang kamu” dalam mewujudkan perasaan sayang mereka.

Tradisi pacaran memiliki variasi dalam pelaksanaannya dan sangat dipengaruhi oleh tradisi dalam masyarakat individu-individu yang terlibat. Dimulai dari proses pendekatan, pengenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi yang ekslusif. Perbedaan tradisi dalam pacaran, sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut oleh seseorang. Berdasarkan tradisi zaman kini, sebuah hubungan dikatakan pacaran jika telah menjalin hubungan cinta-kasih yang ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas seksual atau percumbuan.

Memang komunikasi non verbal dalam menunjukkan rasa kasih sayang sangat banyak sekali terlihat dalam hubungan berpacaran. Di lobby, saya juga melihat sepasang kekasih yang tiba-tiba saling mencium tangan, kemudian mencium kening, tanda kasih sayang, dan ternyata mereka mengucapkan salam karena salah satu dari mereka ada jam kuliah, kemudian mereka berpisah. Banyak pula pasangan yang waktu jalan bergandengan tangan, memegang pinggang, memegang bahu, dan sikap yang lainnya yang menunjukkan bahwa mereka memiliki kedekatan yang spesial. Beberapa teman saya yang berpacaran juga bercerita bahwa mereka sering pegang pinggang waktu naik motor, nonton film dibioskop sambil pegangan tangan, sampai berteduh diguyuran hujan yang dingin-dingin tapi empuk, semuanya itu dilakukan untuk menunjukkan kasih sayang mereka.

Pada waktu itu ternyata hujan turun, langit pun gelap. Hujan saat itu malah membuat suasana menjadi hangat oleh sepasang kekasih yang tampak di depan pintu masuk gedung perpustakaan, berteduh di teras sambil menunggu hujan reda dengan duduk pangkuan serta berpegangan tangan, saling berpelukan ketika angin datang, membuat suasana kedekatan makin terlihat.

Ada semacam anggapan diantara beberapa remaja bahwa, wajar-wajar aja kalo cuma kiss,mungkin bisa dianggap semacam ungkapan atau expresi kasih sayang. Lalu kapan pacar pantas dikiss dan boleh nge-kiss pacar. Karena kalau sudah berdekatan susah sekali mengontrol tendangan adrenalin, apalagi untuk cowok yang seolah-olah sering menjadi decision maker dalam berprilaku dalam berpacaran, dan kadang-kadang cewek itu suka bingung untuk menolak tangan jahil cowok… (menurut pengamatan saya )

Saya juga mengamati bagaimana lawan jenis marasa nyaman dan tertarik kepada kita dengan memperhatikan beberapa tanda-tanda umumnya. Cara mereka tersenyum, menatap kita, dan tertawa, bisa menjadi satu pertanda. Bukan hanya dari itu saja, cara mereka memperlakukan kita atau berpegang tangan bahkan berargumen ternyata bisa menjadi petanda bahwa orang tersebut ingin masuk ke dalam hidup kita, atau tertarik kepada kita. Sentuhan seperti yang banyak digunakan orang saat mereka bercakap – cakap adalah sebagai fungsi ekspresif, menurut Heslin, merupakan kategori ‘persahabatan – kehangatan’. 

Kategori ini meliput setiap sentuhan yang menandakan afeksi atau hubungan yang akrab. Oleh karena itu, mungkin kedekatan seseorang bisa sangat begantung ketika mereka menggunakan ungkapan non verbal saat mereka berkomunikasi, contohnya dalam kedekatan berpacaran. Adanya bahasa tubuh membuat seseorang lebih yakin dan mengerti  apa yang sedang mereka perbincangkan. Bahkan dalam jarak jauh sekalipun dengan teman, bahasa non-verbal mampu mewakili maksud dari orang tersebut, misalnya ketika ada 2 orang yang berjarak jauh, salah satunya menyatakan persetujuan dengan mengacungkan jempolnya dan berkata “ok..”
 

Tidak produktif

Aku merasa produktivitasku menurun
setelah kupikir lalu kupikir lagi,
rupanya aku terlalu banyak mengeluh
waktuku habis terbuang untuk mengeluarkan kata-kata yang menghabiskan energi dan menyumpekkan hatiku
Aku harus berhenti mengeluh
 

Kelelahan

Aku tahu sekarang yang membuatku kelelahan….
Karena aku terlalu banyak menjadikan susah sesuatu yang mudah
Karena aku selalu berkata aku sibuk padahal tak ada yang kukerjakan
Karena aku selalu mengharuskan otakku memikirkan yang lain sementara dia sedang berkonsentrasi di satu pekerjaan
 

Sastra Daerah dan Sastra Nasional

Kita bersiap membawa sastra Indonesia ke pentas masyarakat internasional, janganlah lupa untuk menjaga beratus sastra daerah yang justru terdesak oleh bahasa Indonesia. Kita dapat mengadopsi cara pikir proyek Yayasan Lontar, bahwa sastra daerah sangat berharga untuk dialihbahasakan ke bahasa Indonesia agar masyarakat Indonesia juga mengenal sastra daerah dan tidak hanya mengenalnya hanya sebagai sumber seni pertunjukkan. Dengan cara demikian, kekayaan sastra daerah dan seni tradisi tetap terpelihara sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Maka, sudah menjadi kewajiban dari lembaga-lembaga pemerintahan di semua level, daerah hingga pusat, untuk memulai proyek semacam itu. Tetapi diperlukan kecermatan untuk melakukan alihbahasa agar tidak menginterupsi kesinambungan original sastra daerah.
Apabila dua tugas itu dapat berjalan lancar, sastra Indonesia akan memasuki babak baru, di mana sekat-sekat wilayah tidak lagi menjadi batas. Daerah-daerah adalah persemaian sastrawan berkaliber nasional ketika sastra Indonesia akan disuarakan menjadi sastra dunia. Perbedaan bahasa akan menjadi rahmat penyumbang keragaman sastra, kesemarakan, sehingga tidak ada lagi dominasi bahasa terhadap bahasa lainnya. Semua bahasa adalah sama berkualitas, sama indah.
Bergantung pada pemilik bahasa, banggakah menggunakan bahasa sendiri dan sanggupkah melahirkan karya dengan bahasa tersebut? Sudah saatnya penjajahan bahasa diakhiri. Kita berharap proyek ”Modern Library of Indonesia” akan mendatangkan efek domino dalam semesta kebahasaan Indonesia dan akan membuka mata, menginsyafkan agen-agen “penjajah bahasa” yang bercokol di dalam negeri. Kita berharap pula, mereka yang memerangi bahasa dan sastra Indonesia sebagai bahasa “kelas dua” akan beralih secara sukarela berbalik menjadi juru bicara bahasa Indonesia di hadapan komunitas internasional. Di luar sastra, bangsa Indonesia juga membutuhkan wakil-wakil di semua bidang yang sanggup menunjukkan pada komunitas ilmiah internasional bahwa hasil karya intelektual berbahasa Indonesia tidak kalah dengan masyarakat negeri lain.
 
 
Support : Makrus Sahlan | Makrus twitter | Blog PMR
Copyright © 2011. Makrus Bindo - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger