Untuk lebih jelasnya mengenai
unsur-unsur novel dapat dibagi atas beberapa bagian. Unsur-unsur novel
tersebut merupakan unsur-unsur pembentuk fiksi. Unsur-unsur novel
tersebut adalah sebagai berikut:
Tema
Pada dasarnya tema adalah dasar cerita, yakni pokok persoalan yang mendominasi suatu karya sastra, sebagaimana dikemukakan oleh Aminuddin (1995:91), tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakan.
Pada dasarnya tema adalah dasar cerita, yakni pokok persoalan yang mendominasi suatu karya sastra, sebagaimana dikemukakan oleh Aminuddin (1995:91), tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakan.
Senada dengan pendapat di atas, Sayuti
(1996:118) menjelaskan bahwa tema adalah makna cerita, gagasan sentral
atau dasar cerita. Maksudnya adalah sesuatu yang hendak diperjuangkan
melalui tulisan atau karya fiksi.
Selain ide cerita, tema dapat berupa
pandangan hidup. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Brook dkk., bahwa
tema adalah pandangan hidup yang tertentu mengenai kehidupan atau
rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau
gagasan utama dari suatu karya sastra (Tarigan, 1984:125).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
penulis berkesimpulan bahwa tema adalah ide cerita yang berupa pandangan
hidup pengarang yang disampaikan melalui karya sastra.
Amanat
Amanat atau tujuan pengarang yang disampaikan kepada pembaca melalui karyanya. Amanat dapat disampaikan oleh pengarang baik secara langsung maupun tidak langsung. Artinya amanat yang disampaikan langsung apabila amanat tersebut tersurat dalam karya sastra. Sedangkan amanat yang disampaikan secara tidak langsung, apabila amanat tersebut tersirat dalam karya sastra.
Amanat atau tujuan pengarang yang disampaikan kepada pembaca melalui karyanya. Amanat dapat disampaikan oleh pengarang baik secara langsung maupun tidak langsung. Artinya amanat yang disampaikan langsung apabila amanat tersebut tersurat dalam karya sastra. Sedangkan amanat yang disampaikan secara tidak langsung, apabila amanat tersebut tersirat dalam karya sastra.
Hal ini sejalan dengan pendapat
Zulfahnur (1996:26) yang mengatakan bahwa amanat dapat diartikan sebagai
pesan berupa ide, gagasan, ajaran moral, dan nilai-nilai kemanusiaan
yang ingin disampaikan pengarang lewat ceritanya. Amanat dalam karya
sastra dapat disampaikan pengarang secara eksplisit maupun implisit.
Sejalan dengan pendapat di atas Rusyana
(1978:74) mengemukakan bahwa amanat adalah endapan renungan yang
disajikan kembali kepada pembaca. Dengan demikian, amanat adalah suatu
pesan yang disampaikan oleh pengarang melalui karyanya baik eksplisit
maupun implisit.
Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita (Aminuddin, 1995:79). Sementara itu Zulfahnur (1996:29) mengatakan bahwa tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau lakuan dalam cerita.
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita (Aminuddin, 1995:79). Sementara itu Zulfahnur (1996:29) mengatakan bahwa tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau lakuan dalam cerita.
Tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh
utama dan tokoh tambahan. Sebagaimana dikemukan oleh Aminuddin (1995:79)
seorang tokoh utama memiliki peran penting dalam suatu cerita.
Sedangkan tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena kemunculannya
hanya melengkapi, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau
tokoh pembantu.
Sedangkan penokohan adalah tampilan
seorang tokoh dengan rekaan pengarang semata dapat berupa tabiat, atau
sifat kepribadian (Sudjiman, 1988:16).
Dalam memahami penokohan, pembaca dapat menelusurinya lewat:
- Tuturan pengarang terhadap karakteristik para pelakunya;
- Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian;
- Menunjukkan bagaimana perilakunya;
- Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri;
- Memahami bagaimana jalan pikirannya;
- Melihat bagaimana tokoh lain berbicara dengannya;
- Melihat bagaimana tokoh lain berbincang tentangnya;
- Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain memberikan reaksi terhadapnya;
- Melihat bagaimana tokoh itu dalam reaksi tokoh lainnya (Sudjiman, 1988:80-81).
Sudut Pandang
Sudut pandang adalah hubungan yang terdapat antara sang pengarang dengan pikiran dan perasaan pembacanya. Sudut pandang disebut juga point of view (Tarigan, 1984:140).
Sudut pandang adalah hubungan yang terdapat antara sang pengarang dengan pikiran dan perasaan pembacanya. Sudut pandang disebut juga point of view (Tarigan, 1984:140).
Selanjutnya Tarigan (1984:140) membagi
tiga bagian penting dalam point of view, yakni (1) the first person
narrator, yakni pencerita dapat pula sebagai tokoh dalam cerita, (2) the
omniscient view disebut juga omnisciebt narrator, yakni pencerita
sebagai orang luar atau orang ketiga, dan (3) the objective point of
view, yakni narator sebagai orang luar dan tidak terlibat dalam cerita
sehingga pengevaluasian diserahkan sepenuhnya kepada pembaca.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas,
maka sudut pandang yang biasa digunakan pengarang ada dua macam, yakni
(1) sudut pandang orang pertama. Dalam hal ini pengarang berperan
sebagai pelaku utama dan bisa menggunakan kata “aku”, (2) sudut pandang
orang ketiga. Dalam hal ini pengarang berperan sebagai pengamat yang
serba tahu tentang nasib para tokohnya, dan pengarang dalam menampilkan
tokohnya biasa menggunakan kata “dia”, “ia”, atau nama-nama lain.
Alur
Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh harapan-harapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Istilah alur dalam hal ini sama dengan istilah plot maupun struktur cerita. Tahapan peristiwa yang menjalin suatu cerita bisa terbentuk dalam rangkaian peristiwa yang berbagai macam (Aminuddin, 1995:83).
Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh harapan-harapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Istilah alur dalam hal ini sama dengan istilah plot maupun struktur cerita. Tahapan peristiwa yang menjalin suatu cerita bisa terbentuk dalam rangkaian peristiwa yang berbagai macam (Aminuddin, 1995:83).
Rahmanto (1997:217) menjelaskan bahwa
dalam alur terdapat suatu unsur yang berfungsi untuk mengatur jalannya
alur tersebut yang disebut tegangan (suspense). Tegangan ini merupakan
suatu pendorong bagi pembaca untuk ingin terus mengikuti jalan
ceritanya. Adapun sarana untuk menciptakan suatu ketegangan dapat
berbentuk foreshadowing (pembayangan), membayangkan apa yang akan
terjadi, dan flash back (sorot balik) yakni penyelaan urutan kronologis
di dalam kisah dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya.
Latar
Latar adalah cerita berkisah tentang seseorang atau beberapa tokoh. Peristiwa-peristiwa dalam cerita tentulah terjadi pada suatu rentang waktu tertentu dan pada suatu tempat tertentu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra membangun latar cerita (Sudjiman, 1988:44).
Latar adalah cerita berkisah tentang seseorang atau beberapa tokoh. Peristiwa-peristiwa dalam cerita tentulah terjadi pada suatu rentang waktu tertentu dan pada suatu tempat tertentu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra membangun latar cerita (Sudjiman, 1988:44).
Sejalan dengan pendapat di atas,
Aminuddin (1995:67) menjelaskan bahwa latar adalah peristiwa dalam karya
fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki
fungsi fisikal dan fungsi psikologis.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
maka yang dimaksud latar adalah kesatuan waktu, ruang, dan peristiwa
yang terdapat dalam karya sastra sehingga menjalin suatu rangkaian
cerita yang utuh.
Bahasa dan Gaya Bahasa
Bahasa merupakan media yang digunakan pengarang untuk mengekspresikan pengalaman batin dan memproyeksikan kepribadiannya, sehingga karya sastra memiliki ciri-ciri personal.
Bahasa merupakan media yang digunakan pengarang untuk mengekspresikan pengalaman batin dan memproyeksikan kepribadiannya, sehingga karya sastra memiliki ciri-ciri personal.
Berhasil tidaknya seorang pengarang,
bergantung pada pemakaian bahasa yang digunakannya, untuk menghasilkan
suatu gagasan yang diciptakannya.
Unsur-unsur bahasa yang dapat membangun
atau menciptakan tekhnik bercerita yang khas dinamakan gaya bahasa.
Dalam karya sastra seperti novel, gaya bahasa mempunyai fungsi sebagai
berikut:
- memberi warna pada karangan, sehingga gaya bahasa mencerminkan ekspresi individu; dan
- alat untuk melukiskan suasana cerita dan menintensifkan cerita. (Zulfahnur, 1996:38-39).
+ comments + 1 comments
Ini kiat-kiat nya saya share ya :)
Post a Comment