“Berapa banyak orang yang anda dengar mempunyai begitu banyak gagasan? Berapa banyak yang merealisasikan gagasan itu? Keberhasilan adalah praktik. Keberhasilan adalah bermula dari menciptakan kebiasaan-kebiasaan”. (Anonim)
Dear pembelajar
Hingga
hari ini, telah ribuan mahasiswa berhasil diswisuda. Dan tahukah anda
telah ribuan pula judul skripsi, tesis dan desertasi telah dihasilkan
oleh mereka? Ragam karya itu terpajang di hampir seluruh perpustakaan di
negeri ini. Lalu mengapa persoalan dalam negeri ini tak kunjung selesai?
Perhatikan
persoalan-persoalan kesejahteraan rakyat, kemiskinan, kebodohan,
korupsi, perkelahian, pertengkaran, pertikaian, perusakan dan kerusakan
lingkungan, kesehatan, ideologi dan pandangan hidup. Setiap hari, silih
berganti persoalan-persoalan tersebut menjadi pokok pembicaraan yang
ditayangkan di berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Bagai benang kusut.
Butuh
waktu dan kesadaran diri untuk mendapatkan jawaban dari sebuah
pertanyaan tentang “mengapa ini semua ini dapat terjadi..?”
Saya
pikir, tidak ada alasan untuk selalu menyalahkan orang lain, pihak
lain, sistem dan prosedur, meskipun saya adalah bagian yang tidak
berdaya, tak mampu terlepas dari sebuah sistem besar yang telah
dibangun/terbangun.
Saya
sendiri juga ternyata ikut memainkan peran dan terlibat langsung di
dalamnya, karena saya merupakan salah sedikit bagian dari sistem besar
itu.
Cukup
lama saya merenungkan jawabannya. Ternyata, faktor penyebab dari semua
itu bermuara pada satu hal, yaitu kegagalan ATAU salah urus dalam dunia
pendidikan.
Pendidikan adalah akar dari semuanya.
Sebab,
pendidikan merupakan upaya untuk membina manusia. Manusia adalah
penggerak utama (prime mover) dari semua hal dan kejadian di muka bumi
ini. (jangan salah!, saya tak bermaksud mengatakan bahwa manusia adalah
Tuhan).
Pandangan
saya terbatas pada sebuah pemahaman, bahwa manusia adalah khalifah,
wakil Allah. Manusia terlahir karena ada sebuah misi besar, menjadi
khalifah/pemimpin di muka bumi ini. Dan menjalankan misi dari Allah
menjadi pemimpin, bukanlah tugas yang mudah.
Kekhalifahan/kepemimpinan
itu mempunyai jangkauan yang sangat luas, bergerak dari untuk ukuran
yang paling terbatas pada diri sendiri hingga yang paling luas tak
terbatas pada seluruh muka bumi.
Rasanya,
‘memulai dari diri sendiri’, sebuah kalimat sederhana yang bermakna
sangat dalam itu, menjadi sebuah keniscayaan untuk segera dipraktekkan
dalam kehidupan dunia yang semakin chaos (kacau) saja dari hari ke hari.
Oleh
sebab itu, perlu belajar dan pembelajaran. Belajar dan pembelajaran
yang tidak boleh terbatas oleh ruang dan waktu, tidak boleh terbelenggu
dan dibelenggu oleh rigiditas (kekakukan) teori. Belajar dan
pembelajaran itu harus berproses terus menerus, sehingga dengan demikian
proses bertumbuh dan berkembang menjadi manusia seutuhnya, akan dapat
dicapai.
Karena
begitu pentingnya pendidikan dan pembinaan manusia inilah, maka
pendidikan dalam setiap negara menjadi perlu untuk dilembagakan.
Selanjutnya, mereka dikenal sebagai lembaga pendidikan.
Saya
menjadi sadar ketika Billi Lim, salah seorang guru pembelajaran saya,
penulis “Dare to Fail” (Berani Gagal), mengatakan bahwa sekarang ini, orang telah keliru memaknai sebuah pendidikan. Orang telah memaknai pendidikan sebagai pergi sekolah.
Harus
dibedakan antara menjadi terdidik/terpelajar dengan pergi sekolah. Jika
pendidikan dimaknai sebagai pergi sekolah, maka tujuan utama pendidikan
hanyalah sebatas pengejaran ijasah dan pencapaian gelar , bukan
‘menjadi orang yang terpelajar’ (educated people)
Sekali
lagi, saya tidak bermaksud mengatakan bahwa belajar di sekolah itu
tidak penting. Saya pun tidak menyalahkan pilihan anda. Saya hanya ingin
mengingatkan, bahwa sekolah atau kampus hanyalah salah satu cara untuk
menjadi orang terdidik/terpelajar. Menjadi manusia bergelar dan
berijasah, tidak bermakna apa-apa, jika tidak sama sekali berbuat
sesuatu yang juga bermakna.
Negeri
ini, begitu banyak sarjana, begitu banyak master dan juga doktor yang
telah menyelesaikan ribuan judul riset, tapi mengapa menjadi sebuah
negeri yang tentram, aman, makmur, sentosa di tengah kelimpahan kekayaan
alam dan SDM, masih saja merupakan sebuah cita-cita yang kian sulit
dicapai?
Keinginan
saya untuk pengunjung www.papanputih.com , keluar dari kampus ini,
jangan hanya menjadi manusia yang begelar dan berijasah, tetapi jauh
lebih dari itu, jadilah manusia terpelajar ( become educated people). Praktekkan kesantunan dan kejujuran sebagai budi pekerti yang dijunjung tinggi. Ini merupakan indikasi terpelajar.
Ukuran penting lain dari educated people adalah hidup bermakna.
Apakah yang dimaksud dengan bermakna? Yaitu, dapat membuat orang lain
berbuat lebih baik, lebih bebas berkreasi, bertumbuh, berkembang dan
juga menjadi pribadi yang lebih bermakna.
Pendidikan
tak boleh membelenggu, pendidikan adalah memberi kesempatan kepada
pembelajar untuk bebas berkreasi, menumbuhkembangkan ide/gagasan baru,
lalu merealisasi ide/gagasan dalam koridor penciptakan hal-hal yang
bermanfaat bagi manusia lain. Sudahkah anda berbuat sesuatu yang
bermanfaat hari ini? Berlombalah untuk menjadi orang yang terpelajar. Fight to be educated people! I love you.
Post a Comment