Semakin
berkembangnya teknologi, setiap negara dituntut untuk terus
meningkatkan kualitas pendidikan agar dapat bersaing dengan negara lain.
Selain dari segi kualitas pendidikannya, negara juga dituntut
menciptakan para generasi muda yang berkarakter. Oleh karena itu penting
untuk diadakan pendidikan karakter, yaitu metode pendidikan yang juga
mengajari berperilaku. Dewasa ini, Indonesia semakin banyak menghasilkan
manusia yang tidak berkarakter, terbukti dengan banyaknya bermunculan
para koruptor. Kasus korupsi yang terjadi di Indonesia tidak dapat
disangkal merupakan hasil dari proses pendidikan yang ada. Pendidikan
karakter hendaknya terfokus pada pengembangan karakter tiap individu
baik dalam segi pengetahuan maupun pengembangan keterampilan dan sikap
individu agar nantinya terbentuk sumber daya manusia yang memiliki
karakter. Pendidikan karakter atau berkarakter? Pertama kita harus
meluruskan terlebih dahulu pengertian dari pendidikan karakter dan
pendidikan berkarakter yang menjadi tema penulisan ini. Menurut hemat
saya, kedua jenis pendidikan memiliki arti, sasaran serta output yang sangat berbeda. Disini saya akan membahas kedua pengertian tersebut dan membedakan hasilnya.
Pendidikan
karakter merupakan pendidikan yang membagi fokusnya terhadap dua hal,
yaitu ilmu pengetahuan dan pengembangan karakter individu yang dalam hal
ini lebih ditekankan kepada sikap, perilaku dan cara berpikir individu.
Pendidikan karakter sangat penting perannya dalam membatasi langkah dan
perilaku individu agar tidak melanggar norma dan hal-hal lain yang
bertentangan dengan budaya masyarakat timur. Pendidikan karakter sangat
baik jika diterapkan sejak dini dengan sasaran anak-anak agar terbentuk
pribadi yang memiliki pandangan dan ideologi sendiri. Namun coba kita
lihat sekeliling kita, anak-anak sudah dijejali aneka macam permainan
berteknologi tinggi. Apa karakter yang bisa diciptakan dari permainan
tersebut? Hal yang sangat mungkin terjadi adalah bahwa anak akan
ketagihan, sehingga mengganggu waktu belajar dan akan berpengaruh
terhadap aspek ilmu yang diperoleh dan pada akhirnya akan berdampak pada
terciptanya individu yang tidak berkualitas dan tidak siap bersaing.
Setujukah Anda jika saya berkata “permainan tradisional sudah mulai
punah, padahal permainan tersebut merupakan karakter asli anak-anak
Indonesia”. Begitu banyak permainan tradisional yang membutuhkan
keaktifan dan kreativitas anak. Apakah yang seperti ini bukan bagian
dari pendidikan? Apakah pendidikan hanya melulu berbasis kurikulum yang
diajarkan di sekolah? Agaknya pemikiran Anda perlu diperluas lagi.
Pendidikan karakter tidak hanya harus diberikan di lingkungan sekolah,
namun keluarga juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter
anak. Selain keluarga, lokasi bermain pun demikian. Cara mengajar di
kelas perlu ada inovasi. Menurut saya, pendidikan karakter anak harus
dimulai dari lingkup terkecil, yaitu keluarga, kemudian sekolah dan
tempat bermain. Apa yang diperoleh anak dalam kegiatan sehari-harinya
bisa diperbaiki ketika di rumah. Orang tua dalam hal ini harus mendidik
anaknya agar memiliki karakter sendiri. Pendidikan karakter tidak harus
masuk dalam kurikulum pendidikan. Ini hanyalah proses dari perbaikan
sistem nilai dan akhlak di Indonesia. Jika pendidikan karakter
dimasukkan dalam kurikulum, maka hal tersebut akan sangat berkaitan
dengan norma-norma yang ada dan lebih mendekati pendidikan agama.
Bukankah di semua jenjang pendidikan, pelajaran agama sudah diberikan?
Jadi, output dari
pendidikan karakter adalah membentuk manusia-manusia berkualitas dan
berkarakter yang siap bersaing tanpa terbawa arus yang berlebihan.
Pendidikan
seperti apa yang berkarakter? Semua jenis pendidikan pasti memiliki
karakter atau kekhasan tersendiri dalam pelaksanaannya. Seperti halnya
di Indonesia, Ujian Nasional masih menjadi penentu kelulusan para siswa,
padahal bukan nilai ujian yang nanti menentukan berhasil atau tidaknya
siswa-siswa tersebut di lapangan. Bagi saya, UN hanyalah lotere
keberuntunga, jika Anda beruntung maka akan dapat hadiah, jika tidak,
itu akan menjadi resiko Anda sendiri. Masing-masing anak memiliki
kemampuan yang berbeda-beda. Namun terkadang kemampuan atau bakat mereka
itu tidak berguna sama sekali karena mereka terpaksa harus mengikuti
sistem pendidikan yang demikian. Saya berpikir, mengapa sekolah di
Indonesia tidak ada yang khusus menekankan pada bakat anak. Akan lebih
efektif jika sejak dini kita tahu kemampuan negara kita sendiri dengan
menggali bakat-bakat yang dimiliki oleh masing-masing anak. Dengan
demikian, negara hanya perlu menyalurkan kemampuan-kemampuan rakyatnya
ke sektor-sektor yang sesuai dengan kualitas mereka agar tidak tercipta
kaum ‘bodoh’ dan kaum ‘pintar’, karena masing-masing anak memiliki bakat
yang berbeda-beda. Agaknya kita harus terus mengikuti sistem pendidikan
Indonesia yang seperti itu. Jika ingin menciptakan pendidikan yang
berkarakter, maka sistem pendidikannya lah yang harus diperbaiki.
Post a Comment